Jumat, 21 November 2014

BATIK TULIS MAOS BACK TO NATURE


Model-model Rajasamas Batik Maos

Home Industri Batik Tulis asal Desa Maos Kidul, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah kini mengembangkan pewarnaan dari bahan alam.  Pemilik Home Industri RAJASAMAS Batik  Maos, Tonik Sudarmaji (40) besrta sang Istri Euis Rohaini mengatakan, bahan warna dari alam itu merupakan terobosan baru yang mereka kembangkan untuk memenuhi pasar Internasional.

“Ya saat ini banyak pihak yang tertarik dan mendukung hal-hal berbau alami termasuk di dunia batik. Dari pengalaman saya mengikuti pameran-pameran dan work shop batik di Luar Negeri, batik yang pewarnaannya dari bahan baku alam juga sedang perhatian”, kata Euis Rohaini di kediamannya belum lama ini.

Euis Rohaini mengatakan, selama ini bahan pewarna untuk kerajinan Batik biasanya dari bahan-bahan sintetis dan  kimiawi. Sementara untuk pewarna dari bahan alami masih sangat sedikit home industri yang mengembangkannya. 

Ia menjelaskan bahan-bahan alami itu berasal dari tumbuh-tumbuhan bisa, daun, kulit pohon atau akar dari tumbuhan tertentu. “Kita sudah produksi batik natural ini dan sebagian akan kita presentasi dan promosikan di ajang pameran Batik Internasional  di Madrid , Agustus besok”, kata Tonik Sudarmaji.

Tonik Sudarmaji menjelaskan, alasan batik alami lebih diminati di pasar Luar Negeri karena memang semangat Back to Nature ataupun Go Green yang sedang digencarkan di seluruh dunia menuju hidup yang lebih sehat.”Untuk pasar dalam negeri, sayangnya belum terlalu mendapat perhatian . Mungkin karena harganya lebih mahal dan kecenderungan pasar dalam negeri yang menginginkan harga murah”, kata Tonik.

Ia mengatakan, untuk pasar Batik dalam negeri tidak terlalu ribet, yang penting batiknya bagus dan harganya murah pasti banyak yang beli, tidak penting juga apakah itu batik tulis ataupun bukan (cap). “Ya tidak usah jauh-jauh di kalangan pejabat pemerintah Kabupaten Cilacap sendiri di sini, banyak pejabat yang lebih memakai batik produk dari luar , batik cap karna mungkin harganya murah”, kata Tonik. 

Ia mengatakan dari sekian banyak Instansi termasuk Bupati Cilacap dan Wakilnya saja, belum memakai produk batik tulis kami. “Hanya Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan beserta pegawainya saja yang sudah membeli Batik Tulis Kami, ya semua mungkin sekitar 200 orang”, kata Tonik.

Harga Batik Tulis termasuk yang dari bahan baku alam menurutnya memang lebih mahal dari batik-batik Cap. “Satu potongnya minimal produk kami harga termurahnya 300 ribu rupiah . Yang paling mahal ada yang 1,5 juta rupiah”, kata Tonik. Sementara harga batik cap dari bahan sintetik bisa 100 ribu rupiah per potongnya bahkan bisa lebih murah lagi.


Namun demikian Ia mengaku tidak takut kehilangan pasar dengan terus mengembangkan Batik Tulis.  Pasar International menurutnya adalah ladang yang tidak terbatas akan pasar batik tulis apalgi yang dari bahan baku alami. “Sejauh ini kita sudah beberapa kali mengikuti ajang pameran batik di luar negeri, seperti Singapura,Malaysia, Brunei dan semuanya menyambut sangat baik akan Batik Tulis”, kata  Euis Rohaini.  ###

Tidak ada komentar:

Translate