Model-model Rajasamas Batik Maos
Home Industri Batik Tulis
asal Desa Maos Kidul, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah kini
mengembangkan pewarnaan dari bahan alam.
Pemilik Home Industri RAJASAMAS Batik
Maos, Tonik Sudarmaji (40) besrta sang Istri Euis Rohaini mengatakan,
bahan warna dari alam itu merupakan terobosan baru yang mereka kembangkan untuk
memenuhi pasar Internasional.
“Ya saat ini banyak pihak
yang tertarik dan mendukung hal-hal berbau alami termasuk di dunia batik. Dari
pengalaman saya mengikuti pameran-pameran dan work shop batik di Luar Negeri,
batik yang pewarnaannya dari bahan baku alam juga sedang perhatian”, kata Euis
Rohaini di kediamannya belum lama ini.
Euis Rohaini mengatakan,
selama ini bahan pewarna untuk kerajinan Batik biasanya dari bahan-bahan
sintetis dan kimiawi. Sementara untuk
pewarna dari bahan alami masih sangat sedikit home industri yang
mengembangkannya.
Ia menjelaskan bahan-bahan
alami itu berasal dari tumbuh-tumbuhan bisa, daun, kulit pohon atau akar dari
tumbuhan tertentu. “Kita sudah produksi batik natural ini dan sebagian akan
kita presentasi dan promosikan di ajang pameran Batik Internasional di Madrid , Agustus besok”, kata Tonik
Sudarmaji.
Tonik Sudarmaji
menjelaskan, alasan batik alami lebih diminati di pasar Luar Negeri karena
memang semangat Back to Nature ataupun Go Green yang sedang digencarkan di
seluruh dunia menuju hidup yang lebih sehat.”Untuk pasar dalam negeri,
sayangnya belum terlalu mendapat perhatian . Mungkin karena harganya lebih
mahal dan kecenderungan pasar dalam negeri yang menginginkan harga murah”, kata
Tonik.
Ia mengatakan, untuk pasar
Batik dalam negeri tidak terlalu ribet, yang penting batiknya bagus dan
harganya murah pasti banyak yang beli, tidak penting juga apakah itu batik tulis
ataupun bukan (cap). “Ya tidak usah jauh-jauh di kalangan pejabat pemerintah
Kabupaten Cilacap sendiri di sini, banyak pejabat yang lebih memakai batik
produk dari luar , batik cap karna mungkin harganya murah”, kata Tonik.
Ia
mengatakan dari sekian banyak Instansi termasuk Bupati Cilacap dan Wakilnya
saja, belum memakai produk batik tulis kami. “Hanya Kepala Dinas Perindustrian
dan Perdagangan beserta pegawainya saja yang sudah membeli Batik Tulis Kami, ya
semua mungkin sekitar 200 orang”, kata Tonik.
Harga Batik Tulis termasuk
yang dari bahan baku alam menurutnya memang lebih mahal dari batik-batik Cap.
“Satu potongnya minimal produk kami harga termurahnya 300 ribu rupiah . Yang
paling mahal ada yang 1,5 juta rupiah”, kata Tonik. Sementara harga batik cap
dari bahan sintetik bisa 100 ribu rupiah per potongnya bahkan bisa lebih murah
lagi.
Namun demikian Ia mengaku
tidak takut kehilangan pasar dengan terus mengembangkan Batik Tulis. Pasar International menurutnya adalah ladang
yang tidak terbatas akan pasar batik tulis apalgi yang dari bahan baku alami.
“Sejauh ini kita sudah beberapa kali mengikuti ajang pameran batik di luar
negeri, seperti Singapura,Malaysia, Brunei dan semuanya menyambut sangat baik
akan Batik Tulis”, kata Euis Rohaini. ###
Tidak ada komentar:
Posting Komentar