Indahnya Dunia
Oleh:
Mas Agus
“Yang
demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia
lebih dari akhirat, dan bahwasannya Alloh tiada memberi petunjuk kepada kaum
yang kafir”, (An-Nahl:107)
“Mereka
itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati
oleh Alloh, dan mereka itulah orang-orang yang lalai (An-Nahl: 108).
Dari
pengamatan penulis orang-orang sibuk dengan urusan-urusan dunia cenderung lebih sulit diajak bertekun diri dalam
menjalankan ibadat. Apalagi mereka yang memang merasa bangga dengan segala
kesibukannya itu.
Seolah
segala urusannya itu adalah hal yang paling terhormat dalam hidupnya. Seolah
urusan lain termasuk ibadat-ibadat kepada Tuhan tidak lebih penting darinya.
Dan biasanya pula dinomor duakan, kalau
tidak sibuk, kalau urusan dunianya selesai baru mau ke masjid apalagi untuk
bergabung dengan majlis dzikir, sepertinya sesuatu yang asing.
Sungguh
benar kata seorang Ulama tersohor Syeh Abdul Qadir al-Jailany, barang siapa
menghendaki akhirat maka wajib dalam hatinya ada sifat zuhud terhadap dunia.
Sifat
zuhud adalah adanya sikap menganggap biasa saja bahkan “remeh” terhadap hal-hal
yang besifat keduniaan, karena sifatnya yang instant. Dunia ditempatkan pada
posisinya sesuai martabatnya di hadapan Rabb, yakni ibarat bangkai yang
terbuang. Tidak mencintai secara buta dan bukan menjadi obsesi utamanya dalam
mimpi-mimpi hidupnya.
Dengan
cara pandan seperti itu, maka dunia
tidaklah sama sekali mampu mengganggunya dari urusan ibadat. Dunia ibarat teman
biasa yang tidak dicintainya, sehingga kedatangan dan perginya tidak mengganggu
hatinya.
Lawannya
adalah sikap hubbud-dunya (mencintai dunia), tergila-gila dengan segala
kesenangan dan syhwat dunia ini. Dengan sikap ini orang akan menangis jika
ditinggalkan dunia. Dan dengan kecintaannya itu ia akan berusaha sekuat tenaga
untuk mendapatkannya. Ia akan girang jika dunia berada di sampingnya.
Menurut
Syaih tersebut, dengan sikap penghargaan seperti tadi tidak mungkin orang bisa
mencintai akhirat. Karena menurutnya hati tidak bisa mendua.
Siapa
yang ingin mencintai akhirat maka harus mau menempatkan dunia pada posisinya yang remeh, yang pada saatnya akan
hancur, seperti tubuh ini yang suatu saat akan kembali hancur bersama tanah
kkuburan. Dan siapapun yang di hatinya masih menggilai dunia maka dikatakan tidak
akan bisa mencintai akhirat.
Akhirat
dan dunia digambarkn sebagai dua kutub yang saling berlawanan. Ibarat Barat dan
Timur. Jika seseorang menuju ke arah Timur pasti semakin jauh dengan Barat, begitu
pula sebaliknya.
Harus
dimaknai dengan benar pengertian ini agar tidak salah paham. Bukan berarti
pecinta akhirat harus menjauh dari segala acessoris dunia.Bukannya harus miskin
dan sengasara. Tidaklah seperti itu. Sekali lagi semua ada pada bagaimana cara
hati mesnikapinya.
Pecinta
akhirat, pelaku zuhud boleh saja seorang jutawan yang serba ada. Namun bagi
pezuhud, apapun kekayaan yang dimilikinya tetaplah dianggap remeh dalam
hatinya. Karena dia mampu melihat bahwa pasca kehidupan ini akan ada Sesuatu
yang lebih penting, ada kekayaan lain yang jauh lebih wah dari segala kemewahan
dan glamournya dunia ini.
###
Upadated
, Ramadhan, Agustus 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar