Senin, 15 September 2014

Indahnya Dunia



Indahnya Dunia


Oleh: Mas Agus

“Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasannya Alloh tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir”, (An-Nahl:107)

“Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Alloh, dan mereka itulah orang-orang yang lalai (An-Nahl: 108).

Dari pengamatan penulis orang-orang sibuk dengan urusan-urusan dunia cenderung  lebih sulit diajak bertekun diri dalam menjalankan ibadat. Apalagi mereka yang memang merasa bangga dengan segala kesibukannya itu.

Seolah segala urusannya itu adalah hal yang paling terhormat dalam hidupnya. Seolah urusan lain termasuk ibadat-ibadat kepada Tuhan tidak lebih penting darinya. Dan biasanya pula  dinomor duakan, kalau tidak sibuk, kalau urusan dunianya selesai baru mau ke masjid apalagi untuk bergabung dengan majlis dzikir, sepertinya sesuatu yang asing.

Sungguh benar kata seorang Ulama tersohor Syeh Abdul Qadir al-Jailany, barang siapa menghendaki akhirat maka wajib dalam hatinya ada sifat zuhud terhadap dunia.

Sifat zuhud adalah adanya sikap menganggap biasa saja bahkan “remeh” terhadap hal-hal yang besifat keduniaan, karena sifatnya yang instant. Dunia ditempatkan pada posisinya sesuai martabatnya di hadapan Rabb, yakni ibarat bangkai yang terbuang. Tidak mencintai secara buta dan bukan menjadi obsesi utamanya dalam mimpi-mimpi hidupnya.

Dengan  cara pandan seperti itu, maka dunia tidaklah sama sekali mampu mengganggunya dari urusan ibadat. Dunia ibarat teman biasa yang tidak dicintainya, sehingga kedatangan dan perginya tidak mengganggu hatinya.

Lawannya adalah sikap hubbud-dunya (mencintai dunia), tergila-gila dengan segala kesenangan dan syhwat dunia ini. Dengan sikap ini orang akan menangis jika ditinggalkan dunia. Dan dengan kecintaannya itu ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya. Ia akan girang jika dunia berada di sampingnya.

Menurut Syaih tersebut, dengan sikap penghargaan seperti tadi tidak mungkin orang bisa mencintai akhirat. Karena menurutnya hati tidak bisa mendua.

Siapa yang ingin mencintai akhirat maka harus mau menempatkan dunia pada  posisinya yang remeh, yang pada saatnya akan hancur, seperti tubuh ini yang suatu saat akan kembali hancur bersama tanah kkuburan. Dan siapapun yang di hatinya masih menggilai dunia maka dikatakan tidak akan bisa mencintai akhirat.

Akhirat dan dunia digambarkn sebagai dua kutub yang saling berlawanan. Ibarat Barat dan Timur. Jika seseorang menuju ke arah Timur pasti semakin jauh dengan Barat, begitu pula sebaliknya.

Harus dimaknai dengan benar pengertian ini agar tidak salah paham. Bukan berarti pecinta akhirat harus menjauh dari segala acessoris dunia.Bukannya harus miskin dan sengasara. Tidaklah seperti itu. Sekali lagi semua ada pada bagaimana cara hati mesnikapinya.

Pecinta akhirat, pelaku zuhud boleh saja seorang jutawan yang serba ada. Namun bagi pezuhud, apapun kekayaan yang dimilikinya tetaplah dianggap remeh dalam hatinya. Karena dia mampu melihat bahwa pasca kehidupan ini akan ada Sesuatu yang lebih penting, ada kekayaan lain yang jauh lebih wah dari segala kemewahan dan glamournya dunia ini.
 ###

Upadated , Ramadhan, Agustus 2010.

  

Tidak ada komentar:

Translate